Kunikmati Tubuh Montok Tetanggaku Yang Bahenol


Selamat Datang Di Blog
AZG27 DREAMS





Namaku Deni, saat ini aku kuliah di salah satu Akademi Pariwisata sambil bekerja di sebuah hotel bintang lima di Denpasar, Bali.



Kisah yang aku ceritakan ini adalah kisah nyata yang terjadi saat aku masih duduk di kelas 2 SMA di kota Jember, Jawa Timur.



Saat itu aku tinggal di sebuah gang di pusat kota Jember. Di depan rumahku tinggalah seorang wanita Nita namanya. Usianya saat itu sekitar 24 tahun, karena itu aku selalu memanggilnya Mbak Nita.



Ia bekerja sebagai kasir pada sebuah Departemen Store di kotaku. Ia cukup cantik, jika dilihat mirip bintang sinetron Sarah Vi dan kulitnya putih, rambutnya hitam panjang sebahu.



Namun yang paling membuatku betah melihatnya adalah buah dadanya yang indah. Kira-kira ukurannya 36B, buah dada itu nampak serasi dengan bentuk tubuhnya yang langsing.



Keindahan tubuh Mbak Nita tampak semakin aduhai saat aku melihat pantatnya. Kali ini aku tidak bisa berbohong, ingin sekali kuremas-remas pantatnya yang aduhai itu.



Bahkan jika Mbak Nita memintaku untuk mencium pantatnya, akan segera aku lakukan. Satu hal lagi yang membuatku betah adalah saat melihat bibirnya yang merah. Ingin sekali aku mencium bibir yang merah merekah itu.


Baca Juga : Tubuh Mulusku Digarap Oleh Pembantuku Sendiri


Tentu kalian juga akan sangat nikmat saat membayangkan keindahan tubuhnya.



Setiap pagi saat menyapu teras depan rumahnya, Mbak Nita selalu menggunakan kaos tanpa lengan dan hanya mengenakan celana pendek. Jika ia sedang menunduk, sering kali aku melihat bayangan celana dalamnya berbentuk segi tiga.



Saat itu penis ku langsung berdiri dibuatnya, apalagi jika saat menunduk tidak terlihat bayangan celana dalamnya. Dan aku selalu berpikir, wah pasti ia tidak memakai celana dalam.



Kemudian aku membayangkan bagaimana ya tubuh Mbak Nita jika sedang bugil, rambut vaginanya lebat apa tidak ya. Itulah yang selalu muncul dalam pikiranku setiap pagi, dan selalu penisku berdiri dibuatnya.



Bahkan aku berjanji dalam hati jika keinginanku terkabul, aku akan menciumi seluruh bagian tubuh Mbak Nita. Terutama bagian pantat, buah dada dan vaginanya akan kujilati sampai puas.



Malam itu, aku pergi ke rumah Ferri, latihan musik untuk pementasan di sekolah.



Kebetulan orang tua dan saudaraku pergi ke luar kota, jadi aku sendirian di rumah. Kunci kubawa dan kumasukkan saku jaket, karena latihan sampai malam aku keletihan dan lalu tertidur.



Sehingga terlupa saat jaketku dipakai Baron, temanku yang main drum. Aku baru menyadari saat sudah sampai di teras rumah.



“Waduh gawat nih, kunci terbawa Baron,” ucapku dalam hati.



Rumah Baron cukup jauh, apalagi ini sudah larut malam, sehingga untuk kembali dan numpang tidur di rumah Ferri tentu tidak sopan.



Terpaksa aku tidur di teras rumah, ya itung-itung sambil jaga malam.



“Lho kok kamu masih di luar Den..” Aku kaget mendengar sapaan itu, ternyata Mbak Nita baru pulang.

“Eh iya, Mbak Nita juga baru pulang ya,” ucapku membalas sapaannya.

“Iya, tadi setelah pulang kerja, aku mampir ke rumah teman yang ulang tahun,” jawabnya.

“Kok kamu tidur di luar Den.” tanyanya.

“Anu Mbak, kunci rumah terbawa teman, jadi ya aku nggak bisa masuk,” jawabku.



Sebetulnya aku berharap agar Mbak Nita memberiku tumpangan tidur di rumahnya. Selanjutnya Mbak Nita membuka pintu rumah, tapi kelihatannya ia mengalami kesulitaan.



Sebab setelah dipaksa-paksa pintunya tetap tidak mau terbuka.



Melihat hal itu aku segera menghampiri dan menawarkan bantuan.



“Kenapa Mbak, pintunya macet..” tanyaku.

“Iya, memang sejak kemarin pintunya agak rusak, aku lupa memanggil tukang untuk memperbaikinya.” jawab Mbak Nita.

“Kamu bisa membukanya, Den.” lanjutnya.

“Coba sini Mbak, saya bantu.” jawabku, sambil mengambil obeng dan tang dari motorku.



Aku mulai bergaya, ya sedikit-sedikit aku juga punya bakat Mc Gayver. Namun yang membuatku sangat bersemangat adalah harapan agar Mbak Nita memberiku tumpangan tidur di rumahnya.


“Kletek.. kletek…”



Akhirnya pintu terbuka dan aku pun lega.



“Wah pinter juga kamu Den, belajar dari mana.”

“Ah, nggak kok Mbak.. maklum saya saudaranya Mc Gayver,” ucapku bercanda.

“Terima kasih ya Den,” ucap Mbak Nita sambil masuk rumah.



Aku agak kecewa, ternyata ia tidak menawariku tidur di rumahnya. Aku kembali tiduran di kursi terasku. Namun beberapa saat kemudian, Mbak Yuli keluar dan menghampiriku.



“Tidur di luar tidak dingin? Kalau mau, tidur di rumahku saja Den,” kata Mbak Nita.

“Ah, nggak usah Mbak, biar aku tidur di sini saja, sudah biasa kok, “jawabku basa-basi.

“Nanti sakit lho. Ayo masuk saja, nggak apa-apa kok.. ayo sini.” pintanya.



Akhirnya aku masuk juga, sebab itulah yang kuinginkan.



“Mbak, saya tidur di kursi saja.”



Aku langsung merebahkan tubuhku di sofa yang terdapat di ruang tamu.



“Ini bantal dan selimutnya Den.”



Aku tersentak kaget melihat Mbak Nita datang menghampiriku yang hampir terlelap. Apalagi saat tidur aku membuka pakaianku dan hanya memakai celena pendek.



“Oh, maaf Mbak, aku terbiasa tidur nggak pakai baju,” ujarku.

“Oh nggak papa Den, telanjang juga nggak pa-pa.” jawabnya sambil tersenyum.

“Benar Mbak, aku telanjang nggak papa,” ujarku menggoda.

“Nggak papa, ini selimutnya. Kalau kurang hangat ada di kamarku,” kata Mbak Nita sambil masuk ke kamarnya.



Aku tertegun juga saat menerima bantal dan selimutnya, sebab Mbak Nita hanya memakai pakaian tidur yang tipis sehingga secara samar aku bisa melihat seluruh tubuhnya.



Apalagi ia tidak mengenakan apa-apa lagi di dalam pakaian tidur tipis itu.



Aku juga teringat ucapannya kalau selimut yang lebih hangat ada di kamarnya, langsung saja aku menghampiri kamar Mbak Nita. Ternyata pintunya tidak ditutup dan sedikit terbuka.



Lampunya juga masih menyala, sehingga aku bisa melihat Mbak Yuli tidur dan pakaiannya sedikit terbuka. Aku memberanikan diri masuk kamarnya.



“Kurang hangat selimutnya ya Den,” kata Mbak Nita.

“Iya Mbak, mana selimut yang hangat,” jawabku memberanikan diri.

“Ini di sini,” kata Mbak Yuli sambil menunjuk tempat tidurnya.



Aku berlagak bingung dan heran. Namun aku mengerti Mbak Nita mungkin ingin aku tidur bersamanya.



Mungkin juga ia ingin aku.....



Pikiranku melayang kemana-mana. Hal itu membuat penisku mulai berdiri. Terlebih saat melihat tubuh Mbak Nita yang tertutup kain tipis itu.



“Sudah jangan bengong, ayo sini naik,” kata Mbak Nita.

“Eit, katanya tadi mau telanjang, kok masih pakai celana pendek, buka dong kan asyik,” kata Mbak Nita saat aku hendak naik ke ranjangnya.










Kali ini aku benar-benar kaget, tidak mengira ia langsung memintaku telanjang. Tapi kuturuti kemauannya dan membuka celana pendek berikut cekana dalamku. Saat itu penisku sudah berdiri.



“Ouww, punyamu sudah berdiri Den, kedinginan ya, ingin yang hangat gak,” katanya.

“Hmm.., Mbak nggak adil dong kalau hanya aku yang bugil, Mbak juga dong,” kataku.

“OK Den, kamu mau membukakan pakaianku.”



Kembali aku kaget dibuatnya, aku benar-benar tidak mengira Mbak Nita mengatakan hal itu.



Mbak Nita kini berdiri di hadapanku yang sudah bugil dengan penis berdiri. Aku memang baru kali ini tidur bersama wanita, sehingga saat membayangkan tubuh Mbak Nita penisku sudah berdiri.



“Ayo bukalah bajuku jangan diem aja,” kata Mbak Nita.



Aku segera membuka pakaian tidurnya yang tipis.



Saat itulah aku benar-benar menyaksikan pemandangan indah yang belum pernah kualami. Jika melihat wanita bugil di film sih sudah sering, tapi melihat langsung baru kali ini.



Setelah Mbak Nita benar-benar bugil, tanganku segera melakukan pekerjaannya. Aku langsung meremas-remas buah dada Mbak Nita yang putih dan mulus. Tidak cuma itu, aku juga mengulumnya.



Puting susunya kuhisap dalam-dalam. Mbak Nita rupanya keasyikan dengan hisapanku. Semua itu masih dilakukan dengan posisi berdiri.



“Oh Den, nikmat sekali rasanya..”


Baca Juga : Persetubuhanku Dengan Tante Rika Akhirnya Tercapai


Aku terus menghisap puting susunya dengan ganas, tanganku kini juga mulai meraba seluruh tubuhnya. Saat turun ke bawah, tanganku langsung meremas-remas pantatnya.



Pantat yang padat dan sintal itu begitu asyik diremas-remas. Setelah puas menghisap buah dada, mulutku ingin juga mencium bibir Mbak Nita yang merah merekah itu.



“Den, kamu ahli juga melakukannya, sudah sering ya,” katanya.

“Ah ini baru pertama kali Mbak, aku melakukan seperti yang kulihat di film blue,” jawabku.



Aku terus menciumi tiap bagian tubuh Mbak Nita.



Aku menunduk hingga kepalaku menemukan segumpal rambut hitam. Rambut hitam itu menutupi lubang vagina Mbak Nita. Bulu vaginanya tidak terlalu lebat, mungkin sering dicukur.



Aku mencium dan menjilatinya, tanganku juga masih meremas-remas pantatnya. Sehingga dengan posisi itu aku memeluk seluruh bagian bawah tubuh Mbak Nita.



“Naik ranjang yuk,” ucap Mbak Nita.



Aku langsung menggendongnya dan merebahkan di ranjang. Mbak Yuli tidur dengan terlentang dan paha terbuka.



Tubuhnya memang indah dengan buah dada yang menantang dan bulu vaginanya yang hitam indah sekali.



Aku kembali mencium dam menjilati vagina Mbak Nita. Vagina itu berwarna kemerahan dan mengeluarkan bau harum.



Mungkin Mbak Yuli rajin merawat vaginanya. Saat kubuka vaginanya, aku menemukan klitorisnya yang mirip biji kacang. Kuhisap klitorisnya dan Mbak Nita terlihat menggeliat keasyikan hingga pahanya sedikit mencengkram kepalaku.



Aku terjepit diantara paha mulusnya, dan itu terasa sangat hangat dan nikmat.



“Masih belum puas menjilatinya Den.”

“Iya Mbak, habis memekmu sungguh asyik dinikmati.”

“Ganti yang lebih nikmat dong.” pintanya.



Tanpa basa-basi kuraba sebentar bulu yang menutupi vaginanya. Kemudian sambil memegang penisku yang berdiri hebat, kumasukkan batang kemaluanku itu ke dalam vagina Mbak Nita.



Bleeeessssss......



“Oh, Mbak ini nikmatnya.. ah.. ah..”

“Terus Den, masukkan sampai habis ya.. ah.. ah..”



Aku terus memasukkan penisku hingga habis. Ternyata penisku yang 17 cm itu sudah masuk semua ke dalam vagina Mbak Nita.



Kemudian aku mulai dengan gerakan naik turun dan maju mundur.



“Mbak Nita.. Nikmaat.. oh.. nikmaattt seekaliii.. ah..”



Semakin lama gerakan maju mundurku semakin hebat. Itu membuat Mbak Nita semakin menggeliat keasyikan.



“Oh.. ah.. nikmaatt.. Den.. terus.. ah.. ah.. ah..”



Setelah beberapa saat melakukan maju mundur, Mbak Nita memintaku menarik penisku.



Rupanya ia ingin berganti posisi, kali ini aku tidur terlentang. Dengan begitu penisku terlihat berdiri seperti patung.



Sekarang Mbak Nita yang memegang kendali permainan. Diremasnya penisku sambil dikulumnya.



Aku kelonjotan merasakan nikmatnya kuluman Mbak Nita. Hangat sekali rasanya, mulutnya seperti vagina yang ada lidahnya. Setelah puas mengulum penisku, ia mulai mengarahkan penisku hingga tepat di bawah vaginanya.



Bleeeesssss......



Selanjutnya ia bergerak turun naik, sehingga penisku habis masuk ke dalam vaginanya.



“Oh.. Mbak Nita.. nikmaaatt sekali.. hangat dan oh..”



Sambil merasakan kenikmatan itu, sesekali aku meremas-remas buah dadanya. Jika ia menunduk aku juga mencium buah dada itu, sesekali aku juga mencium bibir Mbak Nita.



“Oh Den punyamu Oke juga.. ah.. oh.. ah..”

“Punyamu juga nikmaaat Mbaak.. ah.. oh.. ah…”



Mbak Nita rupanya semakin keasyikan, gerakan turun naiknya semakin kencang. Aku merasakan vagina Mbak Nita mulai basah. Cairan itu terasa hangat apalagi gerakan Mbak Nita disertai dengan pinggulnya yang bergoyang.



Aku merasa penisku seperti dijepit dengan jepitan dari daging yang hangat dan nikmat.



“Mbak Nita.. Mbaaakk.. Niiikmaaattt..”

“Eh.. ahh.. ooohh.. Den.. asyiiikkk.. ahh.. ennakk.. nikmaaatt..”




Setelah dengan gerakan turun naik, Mbak Nita melepas penisku. Ia ingin berganti posisi lagi. Kali ini ia nungging dengan pantat menghadapku. Nampak olehku pantatnya bagai dua bantal yang empuk dengan lubang nikmat di tengahnya.



Sebelum kemasukan penisku, aku menciumi dahulu pantat itu. Kujilati, bahkan hingga ke lubang duburnya. Aku tak peduli dengan semua hal, yang penting bagiku pantat Mbak Yuli kini menjadi barang yang sangat nikmat dan harus kunikmati.



“Den ayo masukkan kontolmu aku nggak tahaan nih,” kata Mbak Nita.



Kelihatannya ia sudah tidak sabar menerima hunjaman penisku.



“Eh iya Mbak, habis pantat Mbak nikmat sekali, aku jadi nggak tahan,” jawabku.




Kemudian aku segera mengambil posisi, kupegang pantatnya dan kuarahkan penisku tepat di lubang vaginanya.



Bleessss.... Kembali kontolku masuk di lubang memeknya.



Selanjutnya penisku menghunjam dengan ganas vaginanya. Nikmat sekali rasanya saat penisku masuk dari belakang. Aku terus menusuk maju mundur dan makin lama makin cepat dan kencang.



“Oh.. Aah.. Den.. Ooohh.. Aah.. Aaahh.. nikmaaatt Den.. terus.. lebih cepat Den…”

“Mbak Nita.. enak sekaliii.. niiikmaaatt sekaaliii..”




Kembali aku meraskan cairan hangat dari vagina Mbak Nita membasahi penisku. Cairan itu membuat vagina Mbak Nita bertambah licin. Sehingga aku semakin keras dan kencang menggerakkan penisku maju mundur.



Mbak Nita terlihat berkelonjotan, ia memejamkan mata menahan rasa nikmat yang teramat sangat. Rupanya ia sudah orgasme lagi dan aku juga merasakan hal yang sama.


“Mbak.. aku mau keluar nih, aku nggak tahan lagi..”


Kutarik penisku keluar dari lubang duburnya dan dari penisku keluar sperma berwarna putih. Sperma itu muncrat diatas pantat Mbak Yuli yang masih menungging.



Crooooottt..... Croooooottt.... Crooooottt....



Aku meratakan spermaku dengan ujung penisku yang sesekali masih mengeluarkan sperma. Sangat nikmat rasanya saat ujung penisku menyentuh pantat Mbak Nita.



“Oh, Mbak Nita... Mbaak.. nikmat sekali deh.. Hebat.. permainan Mbak bener-bener hebat..”

“Kamu juga Den, kontolmu hebat.. hangat dan nikmat..”



Kami berpelukan di ranjang itu, tak terasa sudah satu jam lebih kami menikmati permainan itu. Selanjutnya karena lelah kami tertidur pulas.



Esok harinya kami terbangun dan masih berpelukan. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 09:30 pagi.



“Kamu nggak sekolah Den,” tanya Mbak Nita.

“Sudah terlambat, Mbak juga kok tidak bekerja?”

“Aku masuk sore, jadi bisa bangun agak siang..”



Kemudian Mbak Nita pergi ke kamar mandi. Aku mengikutinya, dan kami mandi berdua dan saat mandi kembali kami melakukan permainan nikmat itu. Walaupun dengan posisi berdiri, tubuh Mbak Yuli tetap nikmat.


Baca Juga : Tante Rina Memintaku Untuk Memijat Payudaranya


Akhirnya pukul 14:30 aku pergi ke rumah Baron dan mengambil kunci rumahku. Tapi sepanjang perjalanan aku tidak bisa melupakan malam itu.



Itulah saat pertama aku melakukan permainan nikmat dengan seorang wanita.



Kini saat aku kuliah dan bekerja di Denpasar, aku masih sering mengingat saat itu. Jika kebetulan pulang ke Jember, aku selalu mampir ke rumah Mbak Nita dan kembali menikmati permainan nikmat.



Untung sekarang ia sudah pindah, jadi kalau aku tidur di rumah Mbak Nuta, dan orang tuaku tidak tahu kejadian yang telah kita lakukan selama ini.




Terima kasih sudah menyempatkan diri untuk berkunjung di Blog Saya, salam sukses.


Kunjungi Juga :
=> AZG27 DREAMS | Kumpulan Artikel
=> Berita Paling Eksis | Klik Aja Disini
=> Kumpulan Berita & Video Sepak Bola | Cek Aja Disini
=> Bagi Yang Suka Sama Cerita Horor | Yuk Cek Kumpulan Ceritanya Disini
=> Buat Yang Suka Berimajinasi | Kunjungi Aja Kumpulan Cerita Dewasa
=> Kumpulan Cerita Kisah Cinta | Yuk Lihat Disini
=> Kumpulan Video-Video Menarik | Disini Tempatnya
=> Para Penggemar Iwan Fals | Yuk Cek Disini
=> Video Yang Hot Hot | Disini Tempatnya



=> Akun Medsos Saya <=
Facebook
Instagram


=> Channel YouTube <=
AZG27 DREAMS

Comments

Populer

Nikmatnya Memerawani Perempuan Yang Masih SD

Cerita Dewasa - Kenikmatan Yang Kudapat Dari Tukang Kebunku

Dinikmatinya Tubuhku Tiada Henti Oleh Kacungku

Aku Kecanduan Seks Dengan Adik Kandungku Sendiri

Puasnya Menikmati Tubuh Anak SMP Yang Masih Perawan Dan Tetanggaku Yang Montok

Perawanku Direnggut Oleh Adik Kandungku Sendiri

Tante Rina Memintaku Untuk Memijat Payudaranya

Memperkosa Gadia SMA Secara Kejam

Tubuhku Dinikmati Oleh Tukang Kebunku Sendiri